Never ask for a lighter rain

by - Kamis, Juni 28, 2012

Saat seseorang merasa memiliki potensi pada suatu bidang. Menyukainya, menggelutinya, terus mencoba dan mencoba berbagai kompetisi. Tapi tidak banyak hasil memuaskan yang didapat selain pengalaman demi pengalaman. Hiburan untuk diri sendiri mungkin adalah, puji syukur bahwa pengalaman yang didapat makin meningkat harganya. Pengalaman demi pengalaman makin memberikan pelajaran, such as sabar, ikhlas, berani mencoba, never give up, termasuk perasaan pasrah lillahi ta'ala setelah ikhtiar. Mungkin untuk sekedar jadi ucapan atau lontaran nasihat, itu semua mudah. Tapi saat benar-benar mengalami suatu hal yang mengharuskan semua sifat-sifat itu 'include', gak akan ada yang bilang mudah. Tapi juga tidak akan sesulit yang dibayangkan.

Saya ingin share pengalaman sendiri, tentunya ada hubungannya dengan pernyataan di atas. Sejak SMP, Alhamdulillah saya sudah menghafal beberapa juz Al-Qur'an. Dan saat itu, baru dua kali berhasil memenangkan suatu kompetisi. Di SMA yang sekarang, tentu saya gak ingin ilmunya menguap begitu aja. Dengan sengaja saya pun ikut organisasi Rohis (Rohani Islam). Masih dengan izin Allah, ilmu saya akhirnya masih bisa tersalurkan disini. Pembina Rohis SMA saya pun dengan baiknya mau mempercayai saya untuk menjadi wakil sekolah dalam tiap perlombaan MHQ (Musabaqoh Hifdzul Qur'an), semacam perlombaan hafalan Qur'an dalam kategori tertentu. Awalnya saya super excited, karna at least saya jadi punya 'dorongan' untuk terus muraja'ah (mengulang hafalan) hafalan Qur'an saya :)

Walaupun udah gak keitung lagi berapa banyak saya pernah andil dalam tiap lomba yang sama, tapi bukan berarti saya selalu berhasil. Di SMA pun, saya gak tau udah berapa kali ngikut. Tapi belom ada satu piala yang ngintil :p paling banter, (Alhamdulillah) beberapa waktu yang lalu sempet Juara 2 tingkat se-Rohis SMA saya hihi. Cukuplah sebagai motivasi di kompetisi yang lebih tinggi. Amin O:)

I'm just a human beings. Yang bisa jenuh suatu saat, yang bisa gampang nyerah kapanpun mood saya ancur, yang bisa 'kendor' semangatnya bahkan sampai ke titik nol. Dan saya tahu, itu memang manusiawi. Saya pikir saya sudah begitu banyak belajar dari semua pengalaman yang ada. Saya merasa sudah berusaha selalu sabar dan mengerahkan segala do'a maupun ikhtiar. Tapi kenapa saya belum juga dapat kesempatan yang memuaskan itu? Tidak ada jawaban. And I think, God only knows.

Saya sempet merasa bahwa mungkin kesempatan itu tidak akan pernah saya dapat selama SMA. Mengingat kalau tinggal dalam hitungan hari saya menuju kelas 12. Karna yang namanya tahun akhir di SMA pasti udah fokus, mungkin gak akan kenal lagi dalam partisipasi lomba dsb. Saya pikir, ya sudah. Mungkin ada waktu yang lain, nanti. Tapi kadang rasa penasaran masih aja nempel. Rasa yang hanya sekedar ingin tahu, "apa yang salah? Dimana salahnya? Kenapa bisa salah?". Ya, mungkin bagi saya 'tidak menang' itu artinya 'ada yang salah'. Entah dalam niat. Entah dalam do'a dan ikhtiar. Ataupun hal-hal kecil lain yang tidak sempat saya sadari. Bukan maksudnya kalau saya adalah sesorang yang gila akan kemenangan. Please, no. Jangan sampe. Sepertinya itu lebih tepat dalam usaha perbaikan agar ketika kesempatan lain telah datang, saya bisa perbaiki. Itu kenapa saya harus mencari tahu dimana yang salah.


Beberapa hari yang lalu, partner MHQ saya memberi kabar tentang sebuah ajang lomba lagi. Kabar itu saya dapat disaat saya dan teman-teman sedang 'riweuh-riweuhnya' mengenai rencana drama kelas. (baca postingan A class and a process with love). Walaupun hari perlombaannya masih sekitar satu minggu kemudian. Tapi tetep dong, saya harus mempersiapkan materinya jauh-jauh hari. Saat itu saya cuma bilang, "yah kenapa mendadak? Kan lagi ribet kalo sekarang. Liat nanti aja deh".

Jengkel? Banget. Gimana enggak? Hari H nya adalah saat sekolah sepi, anak-anak yang lain asik 'leyeh-leyeh' dirumah dan kasur masing-masing. Sedangkan saya harus dateng ke sekolah, belum lagi persiapannya mesti muter otak mengafal sekian ayat. Perlombaan kali ini beda, yaitu ajang lomba se-tngkat kota Jakarta Barat. Which means, saingannya segudang. Secara, semua SMA sejakarta barat ngirim wakilnya masing-masing. Entah 1, 2, 3..... Kalau berhasil dalam ajang ini, akan terus maju ke ajang tingkat provinsi dst.

Ditambah lagi, menjelang hari H, kondisi saya menurun. Iya, sakit T_T

Jujur, saya baru mulai persiapin materi pas H-1. Kalian gak akan mau tau gimana pesimisnya saya waktu itu. Karna awalnya, saya udah mengundurkan diri. Sakit, ditambah lagi saya belum menguasai materi seluruhnya makin membulatkan niat saya untuk mundur sebelum perang. Tapi ternyata gak ada pengganti yang bersedia untuk menggantikan. Terpaksa saya harus tetap memaksakan diri. To be honest, saya gak ngerti apa rencana Allah saat itu. Saya memaksakan diri mungkin lebih untuk memberikan apresiasi bagi pembina Rohis saya untuk terakhir kalinya di kelas XI. Selebihnya saya pasrah. Gak ada pikiran tentang menang atau kalah sama sekali.

Pas ketika hari H, saya dateng ke sekolah. Persis orang sakit. Nahan-nahan pusing. Nahan-nahan lemes meriang-_- I can't describe how it was so painful exactly. Dateng ke sekolah pun masih ada beberapa ayat yang belum sempurna saya hafal. Berhubung lokasi lomba bukan di sekolah, berarti masih ada waktu buat ngafalin lagi selama otw menuju kesana :p nekad? Iya bener. Gak mateng sama sekali. But what should I do then? Perang udah di depan mata.

Pelaksanaan lomba hari itu....thank Allah! Lumayan lancar :') After that, setelah sekian lama saya baru merasakan lagi apa itu pasrah dalam arti yang benar-benar pasrah. Rasa yang beneran 'bodo-amat' tentang menang-kalah. Gak peduli. Dan cuma ngerasa lega, at least it has done. Tinggal nunggu pengumuman esok harinya. Dan dapet ampao :p

Tadinya, pembina saya bilang, kalau saat hari pengumuman gak ingin datang, gak apa-apa. Dan saya meng-iya-kan. Tapi segitu besok paginya, galau attacked :-/ Bingung karna saya ngerasa dateng hari ini adalah keharusan. Saya cuma mikir, kesannya kok kayak setengah-setengah ya kalo hari ini gak dateng. Finally, saya kasih kabar ke yang lain kalau saya niat dateng sekalipun kondisi belum ada perubahan exactly huhu.
Saya dan yang lain akhirnya sampai pada pengumuman. Seperti biasa, pengumuman pertama pasti lomba MHQ (karna selain itu ada lomba da'i dan sari tilawah). MHQ putra diumumkan. Juara ketiganya adalah sobat saya ketika SMP, kedua, dan....pertama. Sekolah saya disebut-sebut, atas nama Abdurrahman. :') Partner MHQ saya selama 2 tahun ini. Yang selalu bernasib sama dengan saya hehe.
Selanjutnya MHQ putri diumumkan. Juara ketiga, kedua, saya tidak ingat sama sekali. Karna seingat saya saat itu saya hanya sibuk memberikan selamat sama abdur. Ikut ngerasa bangga setidaknya hari ini kami datang tidak sia-sia dan bisa bawa nama sekolah. Tapi ketika nama sekolah saya kembali disebut sebagai Juara pertama atas nama Farha Zakiyya........saya cuma bisa nunduk dan nutupin muka. Super-speechless.
Saat saya mulai mengangkat kepala, semua pandangan tertuju ke arah saya. Have you ever felt it? :")

Semua pandangan itu tidak ada yang tahu apa saja yang terjadi sebelum ini. Semua mata itu tidak merasakan bagaimana sulitnya memaksa kepala yang pusing menghafal sekian ayat. Semua kepala yang menghadapkannya ke arah saya itu, tidak akan mau tahu bagaimana rasa pesimis yang saya alami sebelum ini semua.
"dan tiada daya dan upaya selain darimu, Allahu...."

No words can tell how grateful I really am. Itulah Allah, yang Maha Baik...gak akan pernah menyia-nyiakan setiap do'a dan ikhtiar hambaNya. Yang gak pernah habis menyediakan sejuta kejutan kecil penuh makna. Dear God, thank You for this pure happiness.

And then what? Kesalahan yang masih saya 'penasari' mungkin lambat-laun mulai membuka celahnya. Mungkin ini semua tentang niat. Niat yang pure melatar-belakangi tiap lomba yang saya ikuti. Seberapa besar niat itu mampu mendekatkan saya padaNya atau justru sebaliknya?
Kebetulan tadi saya bertemu salah seorang teman, ditengah perbincangan, ada kalimat beliau yang masih saya ingat jelas, "....tapi aku justru kadang ngerasa bersyukur kenapa sampai dua kali batal ikut KEJURNAS, mungkin Tuhan ingin mempersiapkan mentalku lebih dulu. Karna Ia tidak ingin aku terjerumus dalam kesombongan nantinya. Ih jangan sampe deh kenal sama sombong".
Bagiku, itu 'jawaban lain' akan rasa penasaranku selama ini. Allah sedang mempersiapkan seberapa kuat mental saya menuju kemenangan. :")

Tapi ini bukan puncak dari semuanya. Justru inilah awalnya. Awal jalan yang Allah bukakan untuk saya menuju tantangan selanjutnya yang pasti makin tidak mudah. Setelah ini pun, saya masih harus maju ke tingkat provinsi. Membawa nama sekolah dan kota jakarta Barat. Meski berat, but there's a little pride inside. The point is, saya mesti harus wajib lebih dan lebih banyak menggali pelajaran. Para saingan diluar nanti tentu lebih dari segudang yang berkualitas karna telah melewati proses seleksi di kota masing-masing. *aca-aca fighting!*

Readers, pernahkan kalian mendengar kata-kata bijak ini?
"God answers all prayers in 3 ways: 1) Yes. You deserve it. 2) No. You deserve better. And... 3) Not yet. The best is yet to come".
Saya pikir selama ini saya berada dalam kondisi ketiga :")

I've found another wise words,
"Heavy rain showers remind me of challenges in life. Never ask for a lighter rain. Instead for a better umbrella..."

Semua hal ini tercover oleh,
"There's neither might nor any power except with Allah".

With a warm smile,
Cheers! :)

You May Also Like

0 comments