It's us.

by - Senin, Maret 17, 2014

Hati-hati dengan janji dan omongan sendiri.
Kata ibu, "ketika kamu mengetahui tentang sesuatu, ilmu tentang suatu hal atau apapun. Allah akan mengujimu dengan apa yang telah kau ketahui itu, nak."

Unfortunately, it's about you again. Sejujurnya aku tidak begitu tertarik jika terlalu sering membawamu disini. Entah apa, tapi rasanya aku tidak ingin saja membagi mu untuk dunia. Cukup aku, dan kehidupan yang aku sebut kita.


Tadi malam aku bermimpi. Siapa lagi kalau bukan kamu. Semenjak terbangun, aku terus berpikir kenapa aku harus memimpikan itu. Padahal aku tidak minta mimpi itu untuk hadir. Kalau saja isi mimpinya hanya pertemuan biasa, yang tidak terlalu banyak memakan waktu bersama, mungkin aku tidak akan berpikir sekeras ini. Tapi mimpi itu membawa kenangan lama yang bahagia. Kamu dan aku benar-benar amat dekat, juga genggaman erat tangan itu...aku bahkan bisa merasakannya dengan jelas. Sejelas kenyataan yang sebenarnya. Dan kamu tersenyum lepas, bebas. Aku sudah lupa kapan terakhir kamu tersenyum dan bahagia sebebas itu saat berada di dekat ku. Karna akhir-akhir ini, kamu kebanyakan hanya menghindar. Di mimpi itu, kamu menyediakan satu hari yang panjang untuk kita. Ada saat-saat dimana kamu mengizinkan ku 'bermain' dengan yang lain. Dan kamu tetap menunggu, serta aku terus melihatmu dari tempat dimana aku sedang bersama yang lain. Lalu aku kembali lagi padamu. Dan perjalanan pun kita lanjutkan, berkali-kali aku ingin singgah 'bermain', kamu selalu bebas mengizinkan, seakan kamu selalu tahu bahwa aku pun selalu tahu jalan kembali. Padamu.

Lalu kita berbahagia lagi, lagi, dan lagi.

Mimpi itu indah, karna aku tidak hentinya menangkap air muka mu yang sungguh benar-benar selalu bahagia. Tiap detiknya. Apa gerangan yang membawa bunga tidur itu menemaniku semalaman?

Padahal, kemarin aku baru saja mengirimkan pesan padamu....bahwa aku melepas mu dan tidak lagi ada komitmen diantara kita. Karna setidaknya saat ini aku merasa kamu terlalu baik untukku. Dan oh ya dunia, itulah kalimat yang tengah aku jilat sendiri. Aku pernah berkata bahwa tidak akan pernah aku melepas seseorang hanya karna dia terlalu baik. Ternyata, aku terjebak. Terlalu baik, yang aku katakan, bukan untuk sekedar mencari-cari alasan. Tapi adalah dalam arti yang sesungguhnya. Aku merasa sedang berada di masa saat aku tidak lagi tau apa yang terbaik. Setidaknya untuk saat ini. Dan dirinya, yang terlihat selalu tau bagaimana merencanakan sesuatu dan mewujudkannya dengan baik. He deserves much better than me. Lalu mimpi itu datang begitu saja, yang aku masih tidak tahu adakah hubungan diantara keduanya? Bahwa sejauh apapun pelepasan itu, jalanku untuk kembali selalu sama.

Atau mimpi itu hanya sekedar kiriman untuk merayakan hari ini? Tanggal 17 ini, di bulan yang ke-23. Ya, selamat tanggal 17, untuk kita yang bernama bahagia.

You May Also Like

0 comments