It's not about how to moving on.

by - Rabu, April 16, 2014

Move on adalah salah satu kata paling mainstream di dunia remaja masa kini. Tapi sesuai judul diatas, saya bukan ingin membahas apa itu move on, bagaimana langkah mencapainya, cara menghindarinya, dsb. Justru saya berniat sebaliknya. Saya sedang mencoba throwback ke dalam memori masa lalu. Bukan untuk bergalau-galau ria, tapi hanya sekedar berbagi. Entah kenapa rasanya sayang jika saya melewati tanggal ini--16 april--tanpa tulisan apapun untuk sekedar mengenang sejarah, di hidup saya pribadi.


Semua berawal dari 2 tahun lalu. Saya dan seseorang yang hobi sekali membuat saya tertawa, sebut saja dia Ex. Kami memang telah berteman dekat, saya yakin kebanyakan hubungan pun dimulai dari sana. Namun awalnya saya tidak begitu peka menangkap sinyal-sinyal yang ia berikan, karna jujur sinyal-sinyal itu memang sangat tidak transparan. Lalu sampai pada hari dimana kebanyakan orang merayakan hari valentine, tapi saya justru terbaring sakit di rumah. Sebenarnya jikapun saya tidak sakit, saya juga memang tidak akan merayakannya:) Saya ingat Ex hari itu mengirimkan pesan, bukan menanyakan kabar saya. Bukan pula bertanya apakah hari ini saya masuk atau tidak. Kebetulan, kami memang ada rencana rapat untuk program rutin mingguan hari itu, karna saya dan Ex berada di satu organisasi yang sama. Isi pesannya sederhana, sekadar menanyakan penyebab absen dari rapat hari itu. Adalah hal yang amat wajar karna Ex adalah ketua dari divisi kami. Saya pun menjawab seadanya perihal kesehatan yang kurang baik, dan ia membalas dengan doa agar lekas sembuh. Sesungguhnya, dari sanalah sinyal transparan itu yang sering tidak saya sadari dulu.
Esoknya saya hadir di sekolah seperti biasanya. Tidak ada hal penting yang terjadi. Namun, sesampainya dirumah, malam hari tepat sebelum saya menyiapkan buku pelajaran untuk esok, ada sesuatu yang asing di tas saya. Bentuknya kotak dan dibungkus plastik hitam. Saya berpikir keras mencoba mengingat-ngingat sejak kapan saya menaruh barang ini di tas. Tapi akhirnya saya menyerah karna tidak ingat sama sekali apapun perihal kotak itu. Begitu saya membongkar plastik dan bungkusnya, rasanya terkejut bukan main. Sekotak coklat berbentuk persegi dengan pesan diatasnya yang bertuliskan, Love you farha. Sejujurnya sebagai seorang gadis normal, siapa yang tidak riang hatinya mendapati diri dikagumi seseorang?
Tidak sampai disitu saja, ada sepucuk surat yang menempel. Lupa bagaimana tepatnya isi surat tersebut, tapi kurang lebih begini "jangan cari tau siapa gue, anggap aja ini turun dari langit". Saya seketika tertawa, dan mengutuk si pengirim surat yang telah salah memilih orang. Karna saya bukanlah tipe gadis yang tidak ingin tahu banyak. Terlebih tentang hal-hal yang berkaitan dengan diri saya sendiri. Dan saya memang telah mencurigai satu orang yang tadinya saya pikir tidak mungkin. Saya tau, saya bukan gadis yang payah dalam mengenali ciri khas tulisan seseorang yang telah saya kenal.
Jadilah saya me-list kemungkinan sosok si secret admirer. Tapi yang paling mendekati hanyalah satu orang. Saya mencoba bertanya pada sahabatnya, mungkinkah ini tulisan seseorang yang ia kenal? Tapi mereka semua diam berpikir tanda tak tahu, sebelum akhirnya saya mengetahui bahwa mereka semua bersandiwara. Rasanya Allah sangat berpihak pada saya untuk mau mengizinkan saya memenuhi rasa keingingan tahuan hari itu. Tanpa sengaja, saya memergoki isi sms antara salah satu teman sekelas saya dengan Ex, yang ternyata sedang membahas saya dan sekotak coklat. It suprised me a lot. Sejak saat itu, segalanya berubah. Bak langit mendung yang menemukan mataharinya untuk segera berpelangi.

Kami masih berteman, lebih dekat dari sebelumnya. Tidak ada status apapun dan kami menikmatinya. Pernah suatu malam akhirnya saya mendegar secara langsung apa yang ingin sekali saya dengar darinya. Hanya melalui telpon saja. Ex meminta saya untuk tidak memotong omongannya sampai ia selesai menyampaikan. Saya mendengarkan dengan lebih dari seksama. Hampir lupa keseluruhan isi percakapan malam itu, tapi kurang lebih isinya seperti ini:
"lo mau tau kenapa waktu itu gue gak nyantumin nama diatas coklat yang gue kasih?"
"iya gue mau tau"
"karna gue gak mau lo tau, lo mau tau kenapa gue gak mau lo tau?"
"iya gue mau tau"
"karna gue gak mau kita jadian, lo mau tau kenapa gue gak mau kita jadian?"
"iya". Saya benar-benar dibuat mati penasaran.
"lo mau tau gak?"
"IYA GUE MAU TAU"
"karna gue gak mau kita putus....lo mau tau kenapa gue gak mau kita putus?". Nada bicaranya jauh lebih mellow saat Ex mengucapkan ini.
"kenapa?"
"coba tebak"
"karna lo gak mau ada yang sakit?"
"kurang tepat"
*mikir keras*
"karna......lo gak mau kehilangan?"
"kok lo bisa tau? iya karna gue gak mau kehilangan lo. lo mau tau kenapa gue gak mau kehilangan lo?"
"ehem...iya......"
"karna gue sayang sama lo!"
Tut... Tut... Tut... Seketika Ex langsung menutup telponnya malam itu. Meninggalkan saya, yang tengah berbunga-bunga sendirian. :)

Ternyata saya masih sangat hafal diluar kepala mengenai rumusan percakapan 'lo mau tau gak' di malam itu.....

Tidak, kami belum berkomitmen apa-apa bahkan sejak malam itu. Kami masih berteman sangat dekat.
Sampai pada akhirnya, tibalah tepat ditanggal ini 2 tahun lalu.
Hari sebelumnya, semua anggota divisi--termasuk saya--yang diketuai oleh Ex sudah sepakat akan bertemu keesokan harinya untuk membahas program rutin divisi. Esoknya--di tanggal ini--saya sudah tiba lebih awal dari yang lain. Dan Ex adalah yang paling telat datang. Saya jengkel setengah mati karna yang mengetahui konsep dan sebagainya adalah si ketua. Jadilah saya sukses pasang muka manyun selama rapat. Tiba-tiba, Ex meminta izin undur diri lebih awal karna ada suatu acara. Saya tambah jengkel bukan main dan tidak mengizinkan sampai rapat usai. Ex terus memaksa dengan segala alasan, saya masih bersikukuh mengatakan tidak terlebih acara tersebut hanya kumpul-kumpul saja dengan temannya. Akhirnya saya ambil langkah jahil dengan menyembunyikan jaket Ex, karna saya tau ia tidak akan pergi tanpa jaketnya. Lucunya, justru karna hal itu jengkel saya menguap. Karna kami malah saling kejar-mengejar memperebutkan si jaket........ Akhirnya saya kalah. Tapi kami membuat satu kesepakatan, Ex diizinkan pergi setelah membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk memenuhi konsep program yang ada. Dan akhirnya kami sepakat membelinya bersama, karna sebagian besar saya yang tahu bahan yang dibutuhkan. Saya masih pura-pura memasang mimik kusut, karna kalah mempertahankan si jaket. Saya memilih turun ke bawah duluan, tapi tiba-tiba tanpa sadar ada seseorang yang memasangkan jaketnya dari balik punggung saya. Deg........... He suprised me, again. Jujur saya masih ingat be-ta-pa meltingnya saya saat itu. Untuk menutupi salah tingkah dan pipi merah, saya mencoba jayus. "wangi banget? lo tumpahin minyak wangi satu botol ya?". Lalu Ex hanya tersenyum tulus, dan saya yakin pipi saya telah semerah kepiting rebus hari itu. And today, I still remember his smell, as well.

Ex tidak lekas membawa kami ke toko untuk membeli bahan. Ia ingin solat dzuhur dulu, karna siang itu telah masuk waktu dzuhur. Akhirnya ia solat di masjid sekolah dan saya--yang berhalangan--menunggu di sebuah ruangan ekskul pencinta alam, yang hari itu sepi. Kebetulan Ex adalah juga ketua dari ekskul pencinta alam tersebut. Selama menunggu, saya menemukan beberapa data tentang Ex, kebanyakan adalah data dirinya yang sebelumnya tidak saya ketahui. Usai solat, Ex menemui saya di ruangan itu, tampaknya Ex ingin membicarakan sesuatu, yang saat itu saya pikir tidak akan begitu penting. Kami mengobrol, setengah serius dan setengah bercanda. Cukup lama. Awalnya membahas hal biasa lalu mulai 'nyerempet-nyerempet' ke arah perasaan. Pembicaraan itu belum usai lalu ia memutuskan langsung pergi, padahal sebelumnya saya sedang menanyakan satu hal dan ia belum menjawab. Ex sudah memunggungi saya hendak pergi, ketika saya ingin menahannya sebentar lagi, Ex mengejutkan saya, mendadak berbalik badan dengan setangkai mawar ditangannya. "gue pengen lo jadi cewek gue. tapi gue gak mau lo jawab sekarang. gue mau lo pikirin baik-baik, dan kasih jawaban ke gue besok."


Hari itu, di tanggal ini tepat dua tahun lalu, ada seseorang yang telah sukses merebus merah pipi saya berkali-kali tanpa ampun. Melonjakkan hati ke langit tertinggi. Membisukan mulut namun tiada henti tersenyum. Dan hari ini saya bersyukur, dengan segala memori dan pembelajaran yang ada.
Hari ini, lewat cerita yang saya bagi ini, saya belajar menerima bahwa semua hari kemarin akan selalu menjadi sejarah. Dan kamu yang berhak memilih, sejarah seperti apa yang ingin kamu ciptakan.





You May Also Like

0 comments