What I've learned.
ONCE, i had a dream. mimpi yang besar, sebenarnya. mimpi masa kecil yang mungkin telah saya teriakan pada semua orang yang saya temui di hidup ini. mimpi yang membuat mereka semua berpikir bahwa itulah mimpi teragung saya, yang selalu saya nantikan dan akan banggakan bila tercapai. a dream about the future. a bright future, perhaps?
untuk readers yang mungkin pernah baca posting saya dulu di pertengahan 2013, judulnya beliefs. dan masih belum saya hapus, (and will never do) kalian pasti tau mimpi apa itu.
Yak. saya sedari kecil telah bermimpi besar untuk kelak bisa menjadi dokter gigi, seperti ibu.
dari sejak saya masih TK, tiap ditanya ingin jadi apa, saya selalu menatap ibu, dan kata 'dokter gigi' meluncur bebas dari mulut kecil saya. (yes you can imagine how close i'm to her)
sampai pada akhirnya, mimpi itu seakan telah menemui takdirnya. seakan selangkah telah lebih dekat atas akan terwujudnya keinginan, harapan, serta keyakinan sejak bertahun-tahun silam.
sekitar pertengahan 2013 kemarin, saya diterima sebagai mahasiswi kedokteran gigi sebuah perguruan tinggi di indonesia, universitas brawijaya, malang.
everyone who knows me, celebrate it. and so did i.
pernah terbayang kalian punya mimpi bertahun-tahun yang selalu kalian keep, lalu penantian itu akhirnya sedikit lagi berakhir? can you imagine? gimana bahagianya. gimana pecahnya.
saya bahkan masih ingat persis bagaimana pertama saya lihat pengumuman SBMPTN sembari menutup mata, lalu perlahan memberanikan diri menatap monitor di depan saya saat itu. saya teriak. girang. lalu sujud syukur dengan hati melonjak tinggi lebih dari sekedar kamu pernah ditembak si dia yang kamu senangi.
saya langsung telfon ayah, karena hp ibu tidak bisa dihubungi. saya memberi kabar gembira tersebut dengan tanpa sadar mulut bergetar dan air mata jatuh tidak karuan.
"i'm gonna be the next dentist!" what's on my thought, that day.
lalu menjelang magrib ibu sampai dirumah, dan tanpa banyak kata saya langsung lari dari dalam kamar menemui sang legenda, memeluknya erat. dan mengatakan, bahwa sebentar lagi keinginannya sekaligus mimpi saya akan terealisasikan. diiringi rintik-rintik air mata haru saya dan ibu, saya bilang bahwa saya diterima di FKG UB. :')
celebrate.
celebrate.
euforia.
minta hadiah.
minta lagi.
and so on.
lol. :")
and then, singkatnya, sampailah saya pada kota yang ternyata sangat jauh dari tempat saya biasa tinggal. (yes i've never imagined it's gonna be that sooo far). saya mulai tinggal di kost, bertemu banyak sosok baru disana. dan ternyata anak-anaknya super asik! kami sangat menyatu. it was a huggy kostan! karena mereka semua, saya jarang merasa homesick or something. saya benar-benar merasa disanalah rumah kedua saya.
lalu dimulailah masa perkuliahan and i was zupher excited!
ospek.
ospek.
nangis. ((tugas ospeknya bikin pengen bunuh orang))
kuliah.
dimasa perkuliahan pun saya bertemu banyak sosok luar biasa, beberapa dari mereka bahkan masih sangat dekat dengan saya hari ini. saya bersyukur karna mungkin saya tidak akan pernah bertemu mereka jika sebelumnya tidak pernah menginjak perkuliahan disana. :)
......then there i was, all of sudden, at one point, saya merasa ada yang salah.
tapi saya juga bingung. apakah perasaan janggal itu hanya pikiran sesaat karna terlalu banyak hal yang dituntut untuk segera menyatu dalam diri saya?
t a p i, semua perasaan itu tidak kunjung hilang.
pernah kah one of you, pada akhirnya setelah kalian 'nyemplung' di sebuah dunia yang awalnya kalian pikir adalah dunia impian yang selama ini kalian nantikan, tiba-tiba merasa 'jiwa saya bukan disini kayaknya?'
lalu saya perlahan mulai menanyakan pada diri sendiri, apa yang sebenarnya sungguh saya inginkan dari dulu. saya perlahan mencoba menggali dan memahami diri sendiri. apa yang saya cintai, apa hal yang bisa membuat saya menikmati sebuah proses, apa yang sebenarnya saya impikan, untuk siapa sebenarnya mimpi ini selama ini? apa tujuan saya ada disini, apa alasan dibaliknya, apa yang membuat saya merasa seakan dunia berputar dan segalanya terasa janggal.
kemudian saya menemukan beberapa point yang bisa saya ambil dari 'penggalian' kecil tersebut. faktanya, dari sejak awal masuk SMA saya tidak pernah sekalipun mencintai biologi sepenuh hati. memaksa untuk suka, sering. tapi jarang berhasil. kenapa bertekad memilih ini semua? karena saya ingin sekali jadi seperti ibu. melanjutkan karirnya, dan menjadi hasil jiplakannya. she has been my big influence since forever.
lalu salahkah semua pilihan ini? tidak juga, i guess.
saya sempat meng-klaim diri sendiri bahwa saya adalah salah satu yang telat sadar. cacat or something.
tapi sepertinya, tidak bisa secepat itu saya menyimpulkannya juga.
saya pelan-pelan mulai lebih dalam memahami bahwa hidup memang tempat belajar segalanya.
jadi mungkin itu bukan sekedar telat sadar, namun membuat saya belajar.
walaupun terkesan jalan yang dilalui harus berkelok-kelok dahulu. tapi saya tau perlahan ada hal baru yang mulai terbentuk dalam diri saya.
bahkan i try to figure it out, dan saya menemukan banyak kisah yang hampir sama.
saya yakin warga indonesia tidak ada yang tidak mengenal tompi ataupun nycta gina. mereka adalah para dokter yang lebih terkenal sebagai penyanyi dan presenter dibanding dokter itu sendiri. cak lontong yang belakangan ini booming sebagai komedian, namun bergelar insinyur. cak lontong mengakui bahwa jiwanya adalah jiwa pelawak.
lalu saya melihat diri saya lagi, i feel like.. saya tidak ingin tersasar lebih jauh.
mereka bukan berarti adalah contoh yang salah. nope. tapi mereka bisa saya--atau kita--jadikan contoh untuk belajar.
saya yakin sepanjang mereka di dunia perkuliahannya sampai sekarang, pasti banyak sekali hal yang mereka pelajari, terutama tentang lebih mengenal diri sendiri, walaupun pada akhirnya harus keluar sebagai peran yang kurang sesuai.
yang saya yakini adalah, kita kuliah pada akhirnya untuk menentukan peran kita di masyarakat nanti akan sepertia apa. let's say, dunia karir. dan pastinya akhir dari hidup kita nanti untuk karir bukan? (terlepas dari peran sebagai keluarga dsb.)
let's think, mau kah saya selama karir nanti ternyata saya tidak mencintai apa yang saya lakukan?
nyamankah? kalau saya pribadi, tidak akan nyaman sama sekali dan mungkin malah tertekan.
maka pada akhirnya, saat ini saya memilih untuk tidak lagi memikirkan hasil, tapi lebih kepada proses.
pada akhirnya saya memilih jalan yang memang saya cintai secara keseluruhan. yang saya pikirkan adalah, bahwa kuliah merupakan waktu yang panjang. setiap individu dituntut untuk mandiri, kalau individu tersebut tidak mencintai apa yang menjadi bidangnya, saya tidak yakin ia akan menikmati jalannya.
dulu saat awal saya memilih fkg, saya tau niat saya baik. saya ingin melanjutkan karir ibu, saya mau kelak ilmu dokter saya bisa berguna untuk keluarga kecil saya nanti. karna dunia pun paham kelak saya akan jadi seorang ibu, jantung dari sebuah keluarga.
tapi ternyata itu semua tidak cukup kalau kenyataannya saya tidak pernah mencintai biologi. tidak akan pernah cukup kalau nyatanya saya tidak berniat menjadi dokter untuk masyarakat namun hanya untuk keluarga saya sendiri. tidak pernah cukup kalau saya masih uring-uringan tiap berpikir bahwa kuliah dokter itu sangat lama. really. I had some doubt on my self. dan pun, belakangan saya berpikir dan mencari tahu bahwa you dont have to be a doctor if you want to have a healthy, great and happy family, you dont have to because if you do want it, you will find a way. you dont have to be doctor just because you want to be the best mom later on.
trust me, you will be.
i will be.
setelah berbagai hal saya pertimbangkan, akhirnya saya mengajukan diri pada keluarga untuk meminta persetujuan cuti kuliah di semester dua. walaupun banyak hal yang dipertanyakan, tapi akhirnya kedua orang tua saya setuju. saya amat sangat bersyukur memiliki keluarga yang cukup demokratis.
saat itu saya belum mengatakan bahwa saya berniat pindah. saya masih menyimpannya baik-baik hingga waktu yang tepat. tapi nyatanya tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk menyampaikan itu semua.
ibu kecewa, keluarga saya hampir semuanya bertanya-tanya. semua orang tidak mendukung. everyone blames me. bahkan itu hanya baru penyampain untuk 'berniat' keluar dari fkg.
saya memilih itu semua bukanlah perkara mudah, saya melewati masa sedih--nangis-nangis--, melihat banyak sosok yang mulai terlihat kecewa, terlebih ibu. masa-masa stress karna tidak banyak yang memberikan support. waktu yang telah terbuang, biaya yang tidak bisa dibilang kecil. terlebih ketika kembali mengingat betapa ibu dan seluruh keluarga bahagia harunya saat saya pertama kali diterima di fkg ub.
saya merasa berdiri diatas kaki sendiri tanpa ada backing atas keputusan yang saya ambil.
it was a really hard hard times for me. tidak ada yang ingin ada di posisi saya saat itu.
tapi entah saya terlampau keras kepala atau apa, saya tetap merasa bahwa ini jalan yang harus saya pilih.
sebelum saya cuti dan melewati masa vacuum, saya telah istikharah terlebih dulu dan meminta kepastian dari Yang Maha Memastikan.
awalnya saya minta cuti karna ingin ikut bimbingan belajar dari awal. tapi karna ibu masih setengah hati, maka saya merasa seakan tidak punya arah apa yang harus saya lakukan. ibu hanya mengizinkan saya pindah jika tetap memilih fkg. sedangkan saya bertekad tidak akan memilih jurusan tersebut lagi.
saya melewati masa 'nganggur' sekitar 3 bulan tanpa ada kegiatan yang pasti. saya tidak akan melangkah kemana-mana selama ibu belum mencairkan restunya.
saya sempat depresi dan tidak sama sekali merasa baik-baik saja karna sadar 3 bulan adalah waktu yang tidak sedikit. tapi saya inisiatif membeli bimbingan belajar online dan mulai menyici belajar dari sana.
sampai akhirnya, 2 bulan sebelum SBMPTN tahun ini, ibu luluh dengan sendirinya. saya pun mengambil bimbingan intensif 2 bulan dengan jurusan IPS murni.
and it was another hard times. karna selama di SMA jurusan saya adalah IPA, dan harus terjun di IPS untuk mengejar tes perguruan tinggi just 2 months to go. saya berkali-kali pesimis. but trust me, if there is a will, there is a way. yang memotivasi saya saat itu adalah, saya telah mengcreate suatu janji dengan ibu bahwa jika SBMPTN tahun ini saya tidak diterima, maka saya harus kembali menempuh perkuliahan di malang. and i just can't imagine how it feels like..... lebih baik saya sengsara dan mati-matian hari ini dari pada harus menyia-nyiakan masa cuti yang akhirnya malah akan kembali ke tempat yang sama?
so you have to find ur own motivations, eventually.
setelah satu bulan dan tibalah pengumuman, saya diterima sebagai mahasiswi fakultas ilmu komunikasi universitas padjadjaran angkatan 2014. I feel sooo blessed. Allhamdulilah. Allah selalu baik. :)
saya meyakini bahwa do what u love and success will come to u. kalau kita cinta dengan apa yang kita lakukan, kita akan total.
saya mengatakan ini semua juga bukan berarti pilihan saya sudah yang paling benar. but at least, saya yakin semua yang terjadi dengan saya sampai hari ini memang sudah Allah yang atur.
the point is, kita yang paling tau apa yang terbaik untuk diri kita sendiri. kadang kenyataannya memang orang tua tidak selalu benar-benar 'tau' siapa kita lebih dalam.
lewat pilihan yang saya ambil sekarang, saya pun terus belajar bahwa untuk memilih keputusan sendiri berarti menanggung segala resikonya juga sendiri.
tapi yang terpenting kita harus terus berdoa tanpa bosan semoga Allah selalu menunjukan dan memberikan apa yang terbaik.
hari ini saya telah kurang lebih menjalani 2,5 bulan menjadi mahasiswi fikom unpad, and I feel so glad, I can enjoy everything. saya terus berdoa semoga inilah jalan terbaik saya menuju sukses masa depan.
PS: tidak semua kisah dan perasaan saat itu saya tumpahkan disini. karna terlalu banyak yang harus saya ceritakan. hope you guys enjoy the story, and got the point. :) xoxo.
"the superior man cannot be known in little matters, but he may be entrusted with great concerns.
the small man may not be entrusted with great concerns, but he may be known in little matters."
-unknown.
so, be great everyone.
up the spirit.
so much loves,
FARHA.
5 comments
"Yang sulit bukanlah menentukan pilihan, tapi bertahan pada pilihan tersebut."
BalasHapushalo! thank you for comment :)
Hapustiap individu kayaknya punya opini dan pilihan masing-masing tentang apa yang ia yakini.
dan tidak terlepas dari takdir juga, mungkin?
kalau memang saya ditakdirkan hanya untuk berada di fkg saja, mungkin ortu saya tidak akan mengiznkan saya cuto dari awal. mungkin ibu saya tidak akan luluh untuk mengizinkan saya memilih jurusan ips. mungkin jawaban istikharah saya tidak akan menuntun saya untuk berpikir pindah. mungkin saya tidak akan diterima ditempat dimana saya kuliah sekarang.
mungkin memang sudah seperti ini saja jalannya :)
there are so much lessons to be learned tho!
:)
BalasHapuspertanyaan yang muncul adalah, konsep takdir dimata kamu itu seperti apa ?
BalasHapusHi! thank you for visiting my blog
BalasHapusbetter if you show up ur name actually :)
idk who you are but all i know is ur question got me like hours to answer it, if im not mistaken, u r someone whos well-educated. so lemme answer this....
menurutku yg msh hrs banyak belajar ini, takdir itu terbagi dua, ada bagian yang sudah paten ditetapkan sejak lahir hingga kita meninggal, dan ada bagian yang masih bisa kita rubah dengan ikhtiar.
dalam hal ini, apa yang aku tulis diatas termasuk takdir yang masih bisa ku ubah karna Allah ga akan mengubah sesuatu bagi hambaNya jika hamba itu juga ga punya kemauan utk berubah.
ada banyak tujuan yang ingin kita pilih namun banyak belokan sebelum akhirnya kita kembali ke tujuan itu, aku jg bbrp kali ngalamin yang bisa dibilang, banyak likunya, padahal ujungnya kembali pada awal. aku suka bertanya2 sendiri, "apa sih yang Allah pengen tunjukin dengan membelokkan semuanya dulu? toh ujungnya kembali juga?" tapi bukan hikmah namanya kalo kita mengetahui pelajaran sebelum masalah datang. aku hanya belum menemukan apa yang bisa dipelajari, tapi pelan2 aku juga mencari tau sambil berjalan
aku hanya yakin, selalu ada yang ingin Allah sampaikan melalui tiap hal yang terjadi pada kita. kadang memang mengorbankan banyak hal, tapi kita hanya perlu berpikir positif ke depan karena terlalu banyak memikirkan kerugian dan hal negatif lainnya tidak menyelesaikan apapun. dan disinilah saya dengan banyak rasa penasaran akan hidup dan mencoba terus belajar
maaf kalau terlalu panjang ya, hope it answers ur question. kisses