Saya (masih) Belajar.

by - Kamis, Oktober 22, 2015

Saya belajar bahwa sejak kecil sebenarnya kita hanya mengikuti arus sistem yang ada. Belajar, bermain, masuk perguruan tinggi, lulus, bekerja, menikah, memiliki anak, tua, dan pergi. Serangkaian sistem yang hampir semua manusia menganggapnya bahwa itulah alur yang seharusnya dijalani pada tiap kehidupan. Tidak banyak yang cukup berani keluar dan menciptakan arusnya sendiri.

Saya belajar bahwa untuk menjadi seseorang yang besar, kita harus melakukan hal-hal diluar batas biasa. Mereka yang namanya tidak asing bagi Google adalah orang-orang yang awalnya berani memotong arus kebanyakan manusia lain dan membelokkannya untuk ia rangkai sendiri.

Saya belajar bahwa masyarakat kita perlu belajar untuk menghargai hal-hal yang tidak sama dengan apa yang kebanyakan orang pilih. Karna yang berbeda seringkali dicari untuk menjadi sesuatu, bukan hanya dilihat untuk terbelakang.

Saya belajar bahwa orang-orang besar adalah sosok yang mencintai tantangan dan menyukai resiko. Karna diluar batas nyaman adalah satu-satunya tempat untuk belajar dan membentuk segalanya.

Saya belajar bahwa orang besar adalah mereka yang memahami tiap masalah sebagai gerbang kemajuan.

Saya belajar bahwa variabel dewasa adalah pahitnya pengalaman hidup.

Saya belajar bahwa setiap ilmu yang kita tahu, selalu butuh ujian. Bahkan ketika Anda bilang bahwa Anda mencintai seseorang, hidup bisa saja memberimu orang yang lebih baik, namun disana lah kamu harus memilih.

Saya belajar bahwa kebanyakan dari ujian tersebut adalah gagal. Menyerah dan memilih jalan aman yang instan, bahkan seringkali berulang. Kita bisa saja putus asa dalam ujian tertentu, tapi bukan itu tujuan sang ujian.

Saya belajar bahwa kita tidak pernah dilarang untuk gagal dan jatuh. Yang diminta hanyalah terus belajar dan tetap bertahan untuk jalan ke depan.

Saya belajar bahwa bukan tentang siapa yang lebih buruk masa lalunya yang akan memiliki masa depan yang baik, hanya saja yang lebih banyak merasakan kesulitan adalah yang lebih banyak mengambil pelajaran.

Saya belajar bahwa bahagia yang abadi bukan dengan sekedar mengikuti arus yang ada untuk dianggap sama. Tapi berjalan untuk suatu tujuan yang diciptakan sendiri, tanpa merasa perlu sama dengan yang lain.

Saya belajar bahwa kamu harus memiliki sesuatu yang kamu cintai dan mendalaminya sebagai bekal hidup. Kamu tidak bisa mempelajari segala bidang tanpa ada yang benar-benar kamu suka. Mereka yang memiliki jiwa terhadap sesuatu akan menjadikanmu spesial.

Saya belajar bahwa kita harus memiliki skill khusus, bukan sekedar belajar untuk lulus. Karena semua orang pun pasti belajar hal yang sama denganmu untuk lulus.

Saya  belajar bahwa orang dewasa hanyalah seonggok mesin, tanpa bidang yang ia cintai.

Saya belajar bahwa tiap hal pasti sulit jika hanya dipikirkan, tapi tidak dengan tindakan. Tindakan memberikan kepastian, entah baik atau buruk. Yang jelas, kita tidak hanya diam di tempat yang sama.

Saya belajar bahwa satu-satunya sahabat yang ada hingga kita tiada adalah caramu berkomunikasi dengan Tuhan mu sendiri. Karena setiap manusia akan dan pernah mengecewakan pada akhirnya.

Saya belajar bahwa mencintai seseorang adalah memang tentang mencintai kekurangannya. Bukan merubahnya.

Saya belajar bahwa kita tidak akan memiliki cinta yang selalu menggebu untuk orang yang sama bahkan ketika dia adalah pasangan hidup. Cinta itu akan menemukan titik jenuhnya suatu hari. Tapi jenuh bukan jawaban untuk menghakhiri sesuatu. Cinta bukan sesuatu yang bisa dipastikan permanen, begitupun jenuh.

Saya belajar mencintai tanjakan untuk menemukan sebuah turunan panjang.

Saya belajar bahwa hidup ini sebenarnya tentang menjadi lebih baik setiap harinya, dan mempertahankannya hingga akhir.


Farha Zakiyya.
22/10/15, 18:56.

You May Also Like

0 comments