trapped.

by - Jumat, September 11, 2015

Tuhan, pada akhirnya aku terjebak dalam kedikteanku sendiri. aku terperangkap dalam dikte takdir yang aku ciptakan sendiri. hingga aku menyadari, hingga ketika kau mewujudkan semua dikteku, aku merasa ada yang salah.
aku lupa untuk menyerahkan segala aturan hidupku padaMu. aku terlalu mengatur dengan semua kesoktahuan diri. aku lupa, bahwa Kau lah sebaik-sebaik pencipta skenario.

wahai diri, bukan kriteria duniawi dari seseorang, yang selama ini kau butuhkan.
Hati.
mungkin kau lupa bahwa bahagia itu tidak pernah terukur oleh satuan tertentu.
salah jika kau bilang kau harus memiliki A dan melakukan B untuk bisa bahagia.
bahagia itu tidak sama dengan bergembira.
bahagia itu tidak menuntut.
karna tak terlihat dan tak tersentuh, hanya hatimu yang tau bagaimana, apa, atau siapa yang bisa menciptakan bahagia di hatimu.
kenalilah tanda bahagiamu sendiri.

tapi aku disini dan terjebak.
tidak mengerti apa yang akhirnya aku inginkan.
aku mendikte dan terwujud, tapi ternyata aku salah menilai solusi.
bukan tidak ada yang menginginkanku, karena setiap orang memiliki pengagumnya sendiri, tapi aku yang tak bisa menentukan pilihan.
aku yang tidak tau apa yang aku inginkan sebenarnya.
aku juga tidak tau, mana yang lebih menderita, mengetahui apa yang paling kau inginkan namun sulit tergapai, atau banyak yang ingin menggapaimu namun tidak sedikitpun tau apa yang sebenarnya hatimu inginkan.
yang aku tau, aku menantikan sesuatu untuk mengetuk satu pintu dari bagian hatiku yang mungkin namanya bahagia, hingga membuatku lupa bahwa dunia itu nyata.

You May Also Like

4 comments

  1. Balasan
    1. terima kasih udah mantengin blog aku ya sebelumnya :)
      like what i said, bahagia gak terukur sama satuan tertentu apapun.
      karena dia dirasain, jadi cuma kamu yg bisa nilai kamu bahagia apa ngga
      hope it answers ur question buddy

      Hapus
    2. agree with your answer, menurutmu gimana sama orang yang masih selalu merasa tidak bahagia,padahal kebahagiaan itu sudah ada di sekelilingnya? terus mencari kebahagiaan padahal sudah disediakan? just want to hear your opinion , no other intention :) thanks

      Hapus
    3. kadang memang kita sendiri pernah minimal sekali saja merasa buta tentang kebahagiaan yang ada di depan mata. setiap orang pasti pernah ngerasain. bukan kitanya yang tidak pernah merasa bahagia, tapi kadang butuh seseorang/sesuatu untuk menyadarkan dan membuka matanya, bahwa masih banyak orang yang ingin memiliki hidup sepertinya. kadang butuh dibangunkan dari tidurnya dan melihat sekitarnya dari jarak yang lebih luas, bahwa masih banyak yang bisa disyukuri. karna manusia memang dilumuri lupa dan khilaf.
      perasaan untuk ingin terus mencari kebahagiaan juga sangat manusiawi. siapa yang tidak ingin bahagia? tapi sebenarnya, tidak banyak yang sadar, bahwa justru kebahagiaan itu akan ditemukan ketika dia memutuskan berhenti mencari. dan melihat lebih jelas apa saja yang sudah ada padanya.

      Hapus