Officially 20.

by - Sabtu, April 25, 2015

And the day is coming.
Tahun ini adalah tahun dimana umur saya bukan lagi remaja, tapi juga terlalu dini untuk mengenggam kategori dewasa. Dua ribu lima belas masih terasa baru dibuka saat pergantian tahun kemarin, dan hari ini tiba-tiba waktu seakan terbang, enggan menunggu memangkas satu tahun lagi usia saya di dunia.


Namun April kali ini memang berbeda, bahkan mungkin istimewa. Awal bulan ini dimulai, saya ingat tengah malam sedang mengantar ibu ke UGD di Rumah Sakit daerah Tangerang, yang akhirnya saya memutuskan tidak mengikuti perkuliahan selama satu minggu karena berat tidak mendampingi beliau selama sakitnya masih berat. Hampir dua pekan di awal bulan ini penuh emosi yang nano-nano, sedih melihat seseorang yang pernah begitu sabar merawat kita justru lemah tak berdaya, dan pada akhirnya waktu pun bergilir meminta kita sebaliknya. Lalu sekitar pertengahan April, Kota Yaman menunjukkan konflik yang hebat, Kota dimana abang tertua saya tinggal untuk melanjutkan studinya beberapa tahun sejak awal 2014 kemarin. Semua hal disekeliling saya seakan enggan meringankan emosi yang tengah saya rasa barang sedikit pun. Rasa khawatir menjadi begitu berkali lipat pada saat yang sama. Tapi abang tetap memutuskan untuk tinggal lebih lama, dengan berbagai alasan yang pada akhirnya saya dan keluarga mencoba menerima, sembari tak lepas tutur doa di setiap ujung sholat. April kali ini adalah bulan paling penuh banyak doa dan harapan.
Menuju habisnya jatah April tahun ini, saya dikabari kucing kesayangan saya yang telah menemani selama kurang lebih lima tahun, jatuh sakit. Sakitnya telah berlangsung selama seminggu dan kondisinya tidak menentu. Saya terkejut, namun tetap optimis si winky akan kembali menemui saya seperti biasa saat kembali pulang. Namun kenyataan memang seringkali tak sejalan dengan berbagai harapan, esoknya winky telah pergi selamanya. Saya sejenak terdiam ketika pertama mendengar kabar tersebut, mencoba membangunkan sadar, bahwa mimpi buruk kini adalah kenyataan. Bagi saya dan keluarga, winky adalah bagian dari kami seutuhnya. Ia memang berbeda dalam banyak hal, namun kami semua menyayanginya tidak kurang apapun. Disaat sebelum akhirnya ia dirawat, kakak saya bercerita bahwa ia tertidur di kamar saya, padahal selama ini winky sangat jarang mau sekedar istirahat di kamar saya dengan sendirinya. Esoknya winky sakit dan dibawa ke klinik satwa, seminggu dirawat, tiap kali dijenguk, ia selalu mencoba berinteraksi dengan kakak dan adik saya sekuat tenaga. Saya yang hanya mendengarnya melalui sebuah cerita, merasakan miris. Jika saya melihatnya langsung, entah rasanya apa. Ibu saya bahkan mengaku bahwa winky terlihat lebih kuat di dekat saya dan keluarga, dibanding meninggalkannya sendiri di tempat perawatannya. Namun, ada prosedur yang tidak bisa kami langgar sekalipun hanya sekedar klinik satwa. Hingga akhirnya winky pergi, saya tidak melihatnya lagi selain satu bulan yang lalu. Siapapun kamu mungkin menganggap saya berlebihan, tapi saya seringkali berbagi cerita dengannya bahkan memintanya untuk terus ada bersama saya, hingga hari pernikahan saya tiba pada saatnya. Tapi kini harapan tinggal harapan.
Selamat jalan, Winky. Semoga kamu kelak menjadi salah satu amal bagi saya dan keluarga di dunia yang berbeda.

Seakan belum lengkap atas segala emosi naik-turun yang saya rasakan selama satu bulan penuh di bulan kelahiran saya, pada harinya pun, saya mendadak tidak bisa kembali ke jakarta. Padahal, bayangan bertemu dengan orang-orang terkasih di rumah telah terngiang sejak jauh hari. Hari ini, segalanya demi tugas dan deadline. Hampir sepanjang hari saya tidak berhasil menemukan moodbooster, hingga akhirnya saya mencoba melihat sisi lain dan tetap bersyukur. Saya bersyukur sekalipun tidak dapat menemui orang-orang yang ingin saya temui di hari ini, setidaknya saya merasa dilimpahi kasih sayang melalui doa dan harapan yang mereka lontarkan dengan tulus. Saya bersyukur hari ini ada untuk menunjukkan pada saya bahwa tidak sedikit yang menyayangi dan mau melimpahi kasihnya untuk saya. Saya pun mulai belajar bahwa seringkali harapan paling indah adalah sesuatu tanpa wujud, namun bisa dirasakan dalam banyak aspek kehidupan. Saya pun bukan lagi seorang gadis 10 tahun yang selalu mengharapkan mainan baru di hari kelahirannya. Saya kini berada satu dekade di atasnya.

Kadang menjadi dewasa adalah bentuk lain kekhawatiran yang saya takuti. Saat dewasa adalah dimana sakit dan sedihmu bukan lagi sekedar mainan patah ataupun dia yang selama ini kamu tunggu tak kunjung tampak. Saya merasa dewasa kelak adalah zona dimana kamu mulai merasa ketika pahitnya kopi bukanlah satu-satunya pahit dalam hidup. Tanggung jawab, keringat, air mata, seakan segera menjadi alasanmu untuk dapat tetap bernafas. Zona dimana kamu harus mulai mempersiapkan pada siapa kamu bisa meruntuhkan segala topeng bahagia dalam keseharian. Kamu akan butuh sandaran untuk meluapkan segalanya sewaktu-waktu. Kadang saya takut, saya khawatir tidak dapat menemukan sandaran yang tepat.

Dengan segala yang telah terjadi di April ini, saya mungkin sedang dicoba dibawa masuk ke dalam dinamika angka 20 yang sebenarnya. Terus menerus dicoba sampai 20 telah benar-benar saya genggam, karena Tuhan ingin saya sungguh menyadari bahwa sabar dan sholat adalah satu-satunya sandaran hidup yang tidak akan pernah pergi menjauh.

You May Also Like

0 comments