Spread love, not hate.

by - Rabu, Februari 22, 2017

untuk orang-orang yang terlahir dengan darah sumatra, biasanya nggak gampang untuk jadi orang sabar. udah rahasia umum kalo suku ini berwatak 'galak' dan sejenisnya. dalam beberapa momen, termasuk saya.

saya termasuk orang yang kalo kesel ataupun marah, cenderung ingin ditunjukkan betapa saya marah dan keselnya terhadap orang yang bersangkutan. entah logika dari mana yang merasa bahwa saya lebih puas jika orang tersebut tau betapa saya marah terhadapnya.

akhirnya saya terbiasa meluapkan emosi saat dibuat jengkel, saat ada hal yang tidak saya sukai menjumpai saya, saat orang lain melakukan hal yang menurut saya salah, dengan cara itu, saya merasa lega dan puas.

sampai suatu saat saya mempertanyakan tentang sabar.

mungkin bagi beberapa orang yang terlahir dengan keturunan darah berbeda, yang nenek moyang atau historisnya tidak identik dengan marah-marah, cukup mudah untuk menjadi lebih tenang. tapi berbeda halnya dengan ini. bukan tentang mengkotak-kotakkan, percaya atau tidak, kenyataannya tiap suku memang memiliki masing-masing ciri khas yang melekat.

sampai suatu saat pula saya berhadapan dengan orang lain dengan sifat yang hampir sama atau bahkan lebih dari itu. bukan waktu yang sebentar interaksi yang cukup intens dengannya, hingga saya akhirnya pelan-pelan mengamati. bahwa tidak semua orang bisa terus nyaman dengan sosok yang emosional. walaupun kemarahan itu tidak ditujukan pada saya.

apa yang saya amati darinya justru memberikan pelajaran dan refleksi diri bagi diri saya pribadi. dimana menjadi emosional tidak pernah memecahkan apapun. sisi lain yang saya temukan bahkan tidak jarang adanya rasa kesombongan dan self-righteous. ketika saya memperhatikan, saat marah-marah itu dilakukan, kadang ada saja rasa bahwa ia lah yang paling berhak marah. ia lah yang paling benar dan pihak lawan adalah yang paling salah. ia lah yang berhak mendikte apa saja kesalahannya, dengan sedikit sekali berpikir bahwa bisa saja, ia pun tidak selalu lebih baik dari yang dimarahi.

lalu mencoba mem-flashback kejadian yang sama oleh diri saya sendiri, dan merasa bodoh.

yang terkadang ego kita lupa, bahwa setiap orang hampir selalu memiliki alasan dibalik setiap keputusan. 

ada banyak hal di dunia ini yang tidak akan selalu sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran kita. ada lebih banyak hal di dunia ini yang bisa kapanpun membuat suasana hati kita buruk. hidup bahkan selalu penuh dengan hal-hal mengejutkan. dan setiap kali kita menemukan sesuatu yang tidak sesuai harapan, akankah emosi harus selalu menjadi satu-satunya cara?

lebih dari itu, kenyamanan dengan orang-orang disekitar kita bukanlah hal sepele. penting bagi kita untuk mampu membuat lingkungan pertemanan yang nyaman sebagai makhluk yang tidak akan pernah bisa hidup sendiri.

hingga suatu hari saya mencoba menahan diri saat dilanda kesal luar biasa, terjadi begitu saja. dan dari hal ini saya perlahan mengenal sabar jauh lebih dekat. pahit memang. rasanya sangat tidak enak, tidak puas. tapi justru kejadian-kejadian setelahnya yang membuat saya bersyukur dengan tidak mencederai hubungan apapun oleh emosi sesaat.

rasanya berat jika terpikir panjangnya perjalanan hidup serta beban yang menyertainya, namun harus selalu dihadapi dengan sabar diri. uniknya, justru itulah hakikat sabar. menghadapi rasa seberat/sesedih/semarah apapun dengan tidak menyalahi apapun yang sudah terjadi.

bahkan terkadang air mata bukanlah tanda kelemahan. tidak jarang ia berperan sebagai simbol yang membungkam segala kesombongan hidup. dan tugas kita untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil tidak akan melahirkan banyak kerugian di depan nanti.

Indeed, let's just spread love, not hate! ;)

XOXO, FARHA.

You May Also Like

0 comments